Copas Ustadz Abdul Somad !!

Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin

Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin - Pada ulasan terbaru dari blog UAS BLOGS !! kali ini, Akan menginformasikan teman teman pengunjung tentang Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin, Dimana Info yang sudah kami sajikan untuk anda dihalaman singkat ini, Diharapkan bisa terpenuhi semua keinginan pembaca yang sudah kunjung hadir dan tentunya memang sedang membutuhkan informasi. Selain itu anda selaku pengunjung situs blog sederhana ini juga bisa membaca beragam Artikel taat Artikel taat pada Allah Artikel taat pada pemimpin Artikel taat pada ulama Artikel taat pada ulil amri Artikel taat pada umara Artikel ulama Artikel ulil amri Artikel umara lain lebih banyak dengan cara melihat Isi Peta dari pada situs ini, Namun terlebih dulu silahkan lansung Membaca Artikel terbaru Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin yang sudah kami siapkan dibawah ini, Untuk mengingatkan kembali bahwa ulasan pada postingan Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin sangat disarannkan untuk bisa disebarluaskan ke social medi Anda, Semoga Bermanfaat, lansung lihat lebih jelas infonya dibawah ini.



Ketika kita ABG dulu keakuan kita sangat mendominasi jiwa kita. Maklumlah, masa itu adalah masa pancaroba, yaitu dengan ditandai dengan berbagi gejolak dan pencarian identitas diri. Apalagi jika kita produk dari keluarga yang kurang mengenal agama, boleh dikatakan ketaatan ketundukan kita didominasi oleh hawa nafsu. Anehnya, saat ini banyak ABG-ABG tua yang menghambakan diri pada hawa nafsu mereka,  menginginkan kebebasan sebebas-bebasnya, tidak perduli kebebasan itu halal atau haram? Tidak perduli apakah kebebasan itu menyengsarakan  orang lain atau tidak! Tetapi benarkah manusia tidak terikat atau tidak mempunyai ketaatan lain kecuali menghamba pada hawa nafsunya?

Memang, mentaati perintah tidak gampang, apalagi jika tidak sesuai dengan selera kita. Lebih mudah memerintah orang lain dari pada mentaati perintah orang lain. Para pemimpin di dunia ini sering memerintah orang lain, dan memaksakan kehendaknya agar perintahnya ditaati, sementara mereka sendiri lupa mentaati peraturan yang ada! Kadang-kadang seorang pemimpin gembar-gembor menyuruh rakyatnya hidup sederhana, tetapi mereka justru hidup mewah bertaburan harta. Lacurnya, kemewahan itu dia dapatkan dengan menghalalkan segala cara, misalnya melakukan korupsi. Orang jawa bilang, wit gedang who pakel, omong gampang nek nglakoni angel! Bicara itu mudah, tetapi sulit untuk mempraktikanya!

Jika kita tinjau kualitas ketaatan seseorang, maka ada beberapa tingkatan. Ada orang yang mampu mentaati peraturan secara penuh, maka dapat dikatakan mereka adalah termasuk orang-orang yang benar-benar taat. Ada juga yang setengah-setengah, atau tidak dapat mentaati perintah secara total. Yang paling celaka adalah orang yang sama sekali tidak mau mentaati peraturan, mereka biasanya menjadi perusak kehidupan, eksistensinya di dunia ini senantiasa memakan korban orang lain. Namun demikian, sebagai manusia yang dikarunia akal, kita tidak boleh taat membabi-buta, tidak boleh sembarangan mentaati peraturan. Tentu saja, yang patut kita taati adalah peraturan-peraturan yang sesuai dengan perintah Allah.

Pengertian Taat

Dari segi bahasa, kata taat berasal dari bahasa Arab, tha’ah yang berakar dari kata tha’a. Kata Tha’a berarti tunduk, patuh atau taat. Dari arti bahasa seperti itu dapat dipahami bahwa orang yang taat adalah orang yang tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah dan Rasulullah, atau kepada orang-orang yang selalu dihormatinya, seperti pemerintah, orang tua, guru, para ulama, pemerintah dan sebagainya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً ﴿٥٩﴾

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.



Ayat tersebut dengan tegas memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar selalu taat kepada Allah, Rasulullah, dan ulil amri. Ketaatan kepada Allah dan rasulnya tidak dibatasi apapun. Artinya, semua perintah Allah dan Rasulullah harus ditaati dan semua larangannya harus ditinggalkan. Sementara itu ketaatan kepada ulil amri dan yang lainnya, dibatasi oleh ketentuan-ketentuan, yaitu selama tidak bertentangan dengan perintah Allah.

Taat kepada Allah

Dimuka telah dijelaskan firman Allah yang menjelaskan dan menegaskan perintah kepada orang-orang yang beriman agar taat kepada Allah. Taat kepada Allah merupakan dasar dari semua ketaatan selainnya. Artinya, ketaatan kepada Allah merupakan kunci dan patokan untuk mentaati yang lain.

Dari Ali, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam rangka berbuat maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla (HR. Ahmad).

Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim dalam rangka taat kepada Allah SWT. Seorang muslim harus taat dan patuh kepada Allah dalam keadaan apapun. Orang yang taat kepada Allah dengan tulus juga harus selalu menerima semua kehendak dan ketentuan-Nya. Orang yang taat kepada Allah juga harus mencari ridlo-Nya, dalam setiap perilakunya. Ia tidak berusaha untuk mencari persetujuan selarin dari-Nya, meskipun boleh jadi hal ini mengakibatkan orang lain membencinya.

Berbicara masalah kehendak dan ketentuan Allah, kadang-kadang kita sering memahami hanya berdasarkan hawa nafsu kita sendiri. Misalnya kalau seseorang melakukan maksiat, atau kesialan hidup, biasanya kita menganggap hal itu kehendak Allah, atau lebih parahnya lagi menyalahkan Allah!  Ah, ini adalah kehendak Allah yang harus saya jalani. Ah, manusia itu kan hanya sebagai wayang dan dan Allah adalah dalang-Nya. Sebenarnya kata-kata tersebut tidak salah. Karena pada hakekatnya kehendak Allah itu adalah semacam sistem, yaitu bagi yang mau berpandangan dan bersikap hidup sesuai dengan yang telah Dia tetapkan, maka manusia akan mendapatkan kepastian sesuai dengan apa yang mereka pilih! Jika mereka memilih kebathilan, pasti azablah yang akan kita dapatkan, sebaliknya jika kebaikan yang kita pilih maka kita akan mendapatkan kemenangan hidup. Di sini saya hanya ingin mengatakan bahwa kehendak dan ketentuan Allah itu yang sangat penting adalah diturunkanya Al-Quran yang menjadi pedoman hidup bagi orang-orang yang ingin bertakwa. Bukan hanya masalah nasib hidup kita yang sial akibat ulah kita sendiri yang tidak benar! Untuk lebih jelasnya silahkan baca Surat Al-Baqarah ayat 1-5.

Taat Kepada Rasulullah saw.

Taat dan patuh kepada Rasulullah saw. Merupakan  konsekuensi dari taat dan patuh kepada Allah swt. Sebab rasulullah adalah pembawa risalah Al-Quran, yang mana kitab tersebut telah ditetapkan oleh Allah untuk menjadi pedoman hidup bagi yang ingin bertakwa. Dalam berbagai ayat Al-Qur’an ketaatan kepada Allah selalu beriringan dengan ketaatan kepada Rasulullah.

Taat kepada Ulil Amri


Dari segi bahasa ulil amri berarti pemilik perkara atau kekuasaan. Dengan kata lain, ulil amri berarti yang memiliki urusan atau kekuasaan. Dalam buku (kitab tafsir) Al-Quran dan Terjemahannya yang dususun oleh Departemen Agama RI, kata ulul amri yang terdapat dalam Q.S. an-Nisaa’ ayat 59  diterjemahkan menjadi setiap yang memiliki hak untuk mengatur, seperti ulama dan pemerintah. Untuk lebih jelasnya perhatikan tafsir depag surat An-Nisaa’ ayat 59 yang kami kutip dari Holy Qur’an Versi.8 berikut ini :

Pada ayat ini Allah (maksudnya Q.S. an-Nisaa’ ayat 59  ) memerintahkan supaya kaum muslimin taat dan patuh kepada Nya, kepada rasul Nya dan kepada orang yang memegang kekuasaan di antara mereka untuk dapat terciptanya kemaslahatan umum. Untuk kesempurnaan pelaksanaan amanat dan hukum sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, hendaklah kaum muslimin:

  • Taat dan patuh kepada perintah Allah dengan mengamalkan isi Kitab suci Alquran, melaksanakan hukum-hukum yang telah ditetapkan Nya, sekalipun dirasa berat, tidak sesuai dengan keinginan dan kehendak pribadi. karena apa yang diperintahkan Allah itu mengandung maslahat dan apa yang di larang Nya mengandung mudarat.

44. … dan  Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, (Q.S. An Nahl: 44)

  • Patuh kepada ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan ulil `amri yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan di antara mereka. Orang-orang yang memegang kekuasaan itu meliputi: pemerintah, penguasa, alim ulama dan pemimpin-pemimpin. Apabila mereka telah sepakat dalam suatu hal, maka kaum muslimin berkewajiban melaksanakannya dengan syarat bahwa keputusan mereka tidak bertentangan dengan isi Kitab Alquran. Kalau tidak demikian halnya, maka kita tidak wajib melaksanakannya, bahkan wajib menentangnya, karena tidak dibenarkan seseorang itu taat dan patuh kepada sesuatu yang merupakan dosa dan maksiat pada Allah SWT.
لا طاعة لمخلوق في معصية الله
"Tidak (dibenarkan) taat kepada makhluk di dalam hal-hal yang merupakan maksiat kepada Khalik (Allah SWT)"

  • Kalau ada sesuatu yang diperselisihkan dan tidak tercapai kata sepakat atasnya, maka wajib dikembalikan kepada Quran dan hadis. Kalau tidak terdapat di dalamnya haruslah disesuaikan dengan (dikiaskan kepada) hal-hal yang ada persamaan dan persesuaiannya di dalam Alquran dan Sunah Rasulullah saw. Tentunya yang dapat melakukan qias seperti yang dimaksud di atas ialah orang-orang yang berilmu pengetahuan, mengetahui dan memahami isi Alquran dan Sunah Rasul. Demikianlah hendaknya dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat.

Adapun yang dimaksud ulama di sini adalah orang-orang yang mengetahui berbagai macam ilmu secara mendalam dan dapat memberitahukannya kepada orang lain. Sebenarnya makna ulama secara umum meliputi semua bidang ilmu, tanpa dibatasi pada ilmu-ilmu tertentu. Namun, dalam pemahaman masyarakat kita, khususnya di Indonesia, kata ulama lebih dimaknai sebagai orang-orang yang mendalami berbagai bidang ilmu agama, seperti ilmu fikih, ilmu tauhid, tasauf, dsb. Orang-orang yang menekuni atau mendalami bidang-bidang ilmu selain ilmu-ilmu agama tidak disebut sebagai ulama, tetapi mereka sering disebut cendikiawan atau pakar ilmu pengetahuan (ilmuwan).

Adapun yang dimaksud umara’ (pemerintah) adalah para penyelenggara negara mulai dari yang tertinggi (presiden) hingga yang paling rendah (kepada desa) atau mungkin yang lebih rendah dari kepala desa. Mereka melakukan tugasnya untuk kemakmuran negara dan rakyat (bangsa), bukan atas nama pribadi.

Dengan demikian, mentaati ulama dan ulil amri berarti taat dan patuh terhadap semua ketetapan atau keputusan yang dibuat oleh para ulama dan umara’ (pemerintah). Berdasarkan surat An-Nisaa’ ayat 59 di atas, adalah termasuk salah satu kewajiban kita. Dari ayat di atas dapat juga dipahami bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasulullah bersifat mutlak, artinya tidak ada prasarat khusus. Sedangkan ketaatan kepada yang lainnya tidak bersifat mutlak, tetapi memiliki prasyarat khusus, yakni jika ketetapan dan keputusan yang mereka buat tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah. Jika bertentangan, tidak ada kewajiban mentaatinya.

Wallahu a'lam
diambil dari berbagai sumber








Demikianlah Artikel Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin, Semoga dengan adanya artikel singkat seperti Informasi postingan Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin ini, Anda benar benar sudah menemukan artikel yang sedang anda butuhkan Sekarang. Jangan lupa untuk menyebarluaskan informasi Ketaatan Kepada Allah dan Pemimpin ini untuk orang orang terdekat anda, Bagikan infonya melalui fasilitas layanan Share Facebook maupun Twitter yang tersedia di situs ini.

Back To Top
close